Oleh : Ferdinand Hutahaean_
Senin 30 / 11/ 2020
JAKARTA,INTELMEDIABALI.ID
Hari-hari terakhir negeri ini riuh dan terus ramai bahkan gaduh oleh keterbelahan opini, keterbelahan sikap dan keterbelahan anak bangsa menyikapi satu isu yang terus menjadi pokok perbincangan setiap hari. *Tak perlu saya sebut sosoknya karena fokus saya bukan pada sosok itu tapi fokus saya pada posisi negara, keberadaan negara, kehadiran negara, dan marwah negara yang tercecer entah dimana.*
Mungkin akan ada yang menilai saya berlebihan menggunakan kata tercecer untuk marwah negara yang bagi sebagian pihak juga mungkin bersepakat dengan saya tentang hilangnya marwah negara atas beberapa peristiwa gaduh belakangan ini. *Dimana marwah negara dengan segala alatnya dan pranata hukumnya ketika sesuatu yang tak sepatutnya terjadi oleh satu warga negara?* Semua bebas terjadi meski melanggar aturan, menabrak ketentuan bahkan akan melahirkan ancaman bagi keselamatan nyawa manusia ditengah pandemi yang kita hadapi saat ini, dialah yang bernama kerumunan. *Sebagaian merasa bangga, merasa hebat bisa melanggar aturan tanpa tertindak dan sebagian lagi resah karena merasa bangsa ini akan semakin sulit keluar dari pandemi yang membuat buruk kehidupan ekonomi.* Padahal kelompok yang bangga itupun turut merasakan beratnya beban kehidupan ditengah pandemi yang tak kunjung jelas akan berlalu ini.
Ditengah semua kesulitan itu, saya merasakan sebuah keadaan negara seperti tak punya harga diri, seperti tak memiliki kedaulatan mengatur warganya dan seperti tak kuasa menegakkan hukum yang selama ini kita agungkan dengan menjuluki diri sebagai negara hukum. *Negara dipermainkan bahkan didikte oleh satu kelompok, yang menjadikan dirinya sebagai kekuatan yang setara dengan negara. Edannn...!!* Padahal semua setara sederajat didepan hukum. Tapi kini seolah gelar atau garis turunan telah menjadikan keistimewaan tertentu bagi yang memiliki gelar dan garis keturunan tertentu. Kening pun berkerut, membuka konstitusi berdirinya bangsa, tak satupun tertulis disana keistimewaan personal untuk orang-orang tertentu. *Negara lemah, menundukkan kepala dan pura-pura tak melihat, padahal Merah Putih terheran-heran melihat marwah negara terlucuti.*
Negeri ini sesungguhnya sedang menghadapi resiko terbelah dan pecah bahkan perang saudara bila marwah negara dengan segala perangkatnya tidak dikembalikan dan ditegakkan. *Upaya menguasai negeri ini dengan cara kotor demi tujuan kekuasaan dan merubah sistem negara terus berlangsung tanpa pencegahan yang sepatutnya.* Mungkin dengan pertimbangan agar bangsa tidak konflik maka sikap toleransi dan permisif dari pemerintah menjadi kesempatan besar yang dimamfaatkan kaum radikal untuk terus bertumbuh dan membesar serta menggurita. *Padahal bukankah lebih baik negara berkonflik sesaat menumpas kudeta konstitusi tapi masa depan bangsa tegak dan marwah negara kembali tegak? Hmmm...! Ini butuh keberanian.*
Kita sedang berada dibawah serangan dahsyat saat ini. Serangan tak bersenjata yang bertujuan menumbangkan ideologi kebangsaan dan akan mengambil kekuasaan dari tangan nasionalis. *Propaganda terus dibangun, kita dibelah, nasionalis dipecah, dilemahkan, dibenturkan hingga kita saling aduk, saling cakar dan mereka kemudian akan punya koalisi baru dari pecahan nasionalis yang menyerang kemapanan kekuasaan saat ini.* Mereka melontar propaganda pasangan capres cawapres 2024 sosok yang tak disukai akar rumput tapi seolah didukung dan akan dimajukan oleh kelompok nasionalis, inilah propaganda pelemahan. Ahhhh..! Terlalu panjang kalau saya uraikan disini.
Pertanyaannya sekarang, dimana marwah negara itu tercecer? Benarkah tercecer? Kapan marwah itu akan kita tegakkan diatas Merah Putih? Wahai kaum nasionalis, bersatulah, keluarkan suaramu, tunjukkan bahwa kita ada menjaga negeri ini dan tak akan kita biarkan di porak-porandakan seperti Suriah..!( Imam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar