Oleh : Adian Napitupulu.
Kamis 22 April 2021
Diedit oleh Js leo Siagian
Jakarta,Intelmediabali.id-
Tahun 1966 yang lalu , Gemuruh truk militer dan panser me-raung-raung , membelah jalanan yang berdebu mengangkuti para kelompok Pemuda dan Mahasiswa untuk ikut berdemonstrasi.
Dalam rangkaian peristiwa dari zaman yang bergolak itu, Mahasiswa FK UI, Arief Rachman Hakim dan Mahasiswa Unpar, Julius Usman tertembak dan meninggal dunia.
Tidak lama kemudian melalui Ketetapan MPRS Nomor XXIX tanggal 5 Juli 1966, Arif Rachman Hakim pun ditetapkanlah sebagai Pahlawan Ampera dan kemudian hari menjadi salah satu nama jalan di Kota Depok... Sementara Julius Usman juga ditetapkan sebagai Pahlawan Ampera oleh Pangdam VI Siliwangi Mayjen H.R Dharsono lalu jenazah nya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung,. satu hamparan dengan makam Ernest Douwes Dekker dan Kol A.E. Kawilarang,. Selanjutnya nama Julius Usman diabadikan sebagai nama salah satu Jalan di Kota Malang, Jawa Timur.
Tgl 12 Maret 1967 Soeharto dilantik menjadi Presiden RI dan di tahun yang sama sekitar 14 Aktivis Mahasiswa yaitu *Slamet Sukirnanto, T Zulfadli, Fahmi Idris, Mar'ie Muhammad, Firdaus Wadjidi, Soegeng Sarjadi, Cosmas Batubara, Liem Bian Khoen, Djoni Simanjuntak, David Napitupulu, Zamroni, Yozar Anwar, Salam Sumangat dan Rahman Tolleng diangkat Soeharto menjadi anggota Parlemen (DPR GR) -- tanpa melalui pemilu.
Hampir di setiap periode Pemerintahan Soeharto, aktivis '66 ada saja yang ditempatkan menjadi Menteri, antara lain ; *Abdul Gafur (Menpora), Abdul Latief (Menaker), Cosmas Batubara (Menteri Perumahan Rakyat), Mar'ie Muhammad (Menteri Keuangan), Akbar Tanjung (Menpora), Fuad Bawazier (Menteri Keuangan). Selain diangkat menjadi anggota Parlemen dan Menteri, tidak sedikit juga aktivis '66 yang kemudian diangkat menjadi Duta Besar bahkan ada yang diberi kemudahan dan kesempatan menjadi pengusaha bahkan konglomerat.
Selama 33 tahun Soeharto berkuasa penanaman modal asing merajalela hampir tanpa batas, jutaan hektar lahan diberikan untuk kroni2 dan perusahaan asing melalui kontrak karya (Freeport, Inco, Rio Tinto dll) menjadi Tambang dan kebun sawit,.. Di sisi lain Orde Baru mengistimewakan para Taipan dengan perlindungan, kemudahan dan fasilitas, seperti ; Liem Bian Koen, Liem Sioe Liong, Liem Hong Sien, Oei Ek Tjhong, Oei Hwie Tjhong, Cai Daoping, Tjoa To Hing, Oei Hwie Siang, Lie Moe Tie, Poo Tjie Gwan, Tjie Tjien Hoan, Li Bai La, Tjia Han Poen, Liem Yu Chan, Oei Suat Hong, menjadi konglomerat yang menguasai ekonomi negara secara dominan hingga hari ini.
Kese-wenang2an, Korupsi, Kolusi, Nepotisme, bahkan kekerasan, pelanggaran HAM, monopoli ekonomi dan perampasan hak Rakyat mengisi hari hari Indonesia selama 32 tahun... Banyak peneliti menuliskan angka antara 500 ribu hingga 1 juta jiwa manusia meninggal dunia dalam rangkaian kekerasan Orde Baru..! Jumlah konflik Agraria tercatat 1.753 kasus dengan luasan lebih dari 10 juta hektar dan korban hampir 1,2 juta KK.
Kampus dikepung panser, dibungkam, aktivis mahasiswa dikirim ke berbagai penjara termasuk nusakambangan, satu per satu setiap periode selalu ada aktivis mahasiswa, aktivis buruh, petani yang ditangkap, diculik bahkan dibunuh, ada Marsinah, ada Udin Bernas,.. Kebebasan informasi dikebiri, puluhan media termasuk Tempo, Sinar Harapan, Prioritas dibreidel.... Berbeda kata maka izin terbitnya dicabut seketika.
Pinjaman luar negeri dan Pasar bebas disetujui dan sebagai imbasnya Tenaga kerja asing secara bertahap memasuki Indonesia sebagai bagian dari kontrak
investasi dari berbagai PMA.
Setelah berkali kali perlawanan mahasiswa di patahkan, Embrio Pembangkangan mahasiswa yang lebih besar mulai merebak di tahun 1996.... Salah satunya adalah tragedi April Makasar Berdarah dengan 3 korban jiwa yaitu *Syaiful Bya, Andi Sultan Iskandar dan Tasrif* lalu tahun 1997 beruntun terjadi penculikan Mahasiswa dan Aktivis pemuda,.. Mereka diculik dan tidak pernah dikembali, di antaranya ; *Dedy Hamdun, Abdul Naser, Yani Afri, Sony, Nova Al Katiri, M Yusuf, Ismail, Petrus Bimo, Herman Hedrawan, Suyat, Wiji Thukul, Ucok Munandar, Hendra Hambali, Yahdin Muhidin dan Leonardus Nugroho* (jasadnya ditemukan dengan luka tembak).-
Tahun 1998 Gemuruh truk militer dan panser kembali me-raung2 membelah jalan berdebu,. namun kali ini bukan untuk mengangkut dan mengawal mahasiswa berdemonstrasi melainkan untuk berhadapan dengan Mahasiswa yang berdemo. Dari thn 1998 hingga 1999 merupakan periode perlawanan mahasiswa yang bersimbah darah. Derap sepatu lars, suara kokangan senjata, letusan dan dentuman berbaur dengan orasi dan teriakan menjadi suara yang didengar setiap hari,.. Satu satu Mahasiswa gugur, ditembak mati di jalan tempat mereka sampaikan aspirasi, yaitu ; *Moses Gatotkaca (8 Mei 98), Hedriawan Sie, Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan dan Herry Hartanto (Trisakti 12 Mei 98), kemudian Engkus Kusnadi, Heru Sudibyo, Sigit Prasetyo, Teddy Wardani dan Bernardus Realino Norma serta satu pelajar Lukman Firdaus (Semanggi Satu, November 1998). Satu Mahasiswa UI, Yap Yun Hap ditembak mati di Semanggi 28 September 1999,. Di hari yang sama dua mahasiswa Lampung juga meninggal dunia, yaitu M Yusuf Rizal dan Saidatul Fitria. Satu mahasiswa di Palembang, Meyer Adriansyah meninggal pada tanggal 5 Oktober 1999.*
Reformasi tidak Gratis, Reformasi dibayar tunai dengan darah dan nyawa puluhan mahasiswa dan aktivis (di luar dari ribuan lainnya yang luka dan cacat). Reformasi lahir dari darah, keringat, air mata, luka dan memar puluhan ribu Mahasiswa.
Di atas seluruh pengorbanan itulah kebebasan dibuka, demokrasi dibangun dan Indonesia merangkai kembali harapan harapannya di atas kesetaraan tanpa diskriminasi.
Berikutnya puluhan partai baru berdiri, kebebasan Pers terbuka lebar, banyak organisasi buruh, tani dan organisasi Rakyat pun dideklarasikan, jabatan Presiden dibatasi 2 periode. Pileg, Pilpres dan Pilkada dilakukan dengan pemilihan langsung dengan suara terbanyak. Pemimpin baru bermunculan, Polisi dan Tentara dipisahkan dari ABRI menjadi lebih profesional dalam tupoksinya masing masing, Newmont dan Freeport kembali ke pangkuan bumi Pertiwi, kembali dimiliki bangsa sendiri.
Reformasi memang belum sempurna tapi pelan pelan buah buah Reformasi itu mulai tumbuh dan bisa dinikmati banyak orang termasuk mereka yang menolak Reformasi,. Juga termasuk para pembenci Reformasi itu, bahkan juga dinikmati oleh para oknum yang menembak, menculik, menyiksa dan ataupun membunuh para Mahasiswa itu......
Hari ini,... setelah 22 tahun Reformasi 1998, ke manakah para pejuang Reformasi itu.?! Aktivis '98 memang berbeda dengan aktivis '66. Jika aktivis '66 demonstrasi dlm rentang waktu 60 hingga 90 hari, kemudian menikmati jabatan dan kekuasaan selama 32 tahun, maka itu berbanding terbalik dengan aktivis '98,. karena sejak 22 tahun lalu hingga hari ini tidak ada "hak hak istimewa" dan tidak ada "kemanjaan",. tidak ada "kemudahan dan kesempatan lebih" yang diperoleh aktivis '98 seperti yang dulu pernah dinikmati oleh para aktivis Eksponen Angkatan '66.
Aktivis '98 adalah anomali dari sejarah Gerakan Mahasiswa pada umumnya. Mereka tidak punya pemimpin tunggal, dominasi pergerakannya pun tidak dimonopoli kampus negeri, semua bergerak hampir di 27 Propinsi...
Beberapa perbedaan besar antara aktivis '66 dan aktivis '98 antara lain adalah :
Aktivis '66 Berdemonstrasi dalam rentang waktu 60 hari hingga 90 hari.
Aktivis '98 Embrionya dimulai sejak 1996 dan mulai reda di tahun 2000 atau lebih dari 1300 hari.
Aktivis '66 mendapat dukungan dari Militer.
Aktivis '98 direpresi oleh Militer.
Aktivis '66 meninggal 2 orang. (tapi jutaan warga tewas dibantai dgn tuduhan PKI).
Aktivis '98 meninggal lebih dari 30 orang... (tapi ada ribuan orang yang menjadi korban pembakaran2 mal di Jakarta).
Aktivis '66 meninggal 2 orang dan keduanya diberi gelar pahlawan lalu diabadikan jadi nama jalan.
Aktivis '98 dari 30 lebih yang meninggal tidak satupun diberikan gelar pahlawan dan tidak ada pula yang diabadikan menjadi nama jalan.
Aktivis '66 beberapa bulan setelah Soeharto dilantik,. sebagian diangkat menjadi anggota DPR tanpa melalui Pemilu.
Aktivis '98 sampai hari ini selama 22 tahun, sudah 5 Presiden tapi tidak ada aktivis "98 yang diangkat secara istimewa jadi anggota DPR tanpa Pemilu.
Aktivis '66 setiap periode pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun selalu ada yang diangkat jadi Menteri sebagai representasi ide yang diperjuangkan oleh generasinya.
Aktivis '98 selama 22 tahun tidak ada yang menjadi Menteri sebagai representasi ide generasi Reformasi.
Aktivis '66 diberi kemudahan dari negara untuk menjadi pengusaha dan hingga membangun konglomerasi.
Aktivis '98 tidak ada yang mendapatkan kemudahan dari negara untuk menjadi pengusaha dan membangun konglomerasi... *_Yach,. karena tidak boleh lagi KKN._*
Tulisan ini merupakan perbandingan sejarah dari dua generasi yang berbeda dalam banyak hal, termasuk beda pilihan geraknya....
Tulisan ini perbandingan dua generasi dengan segala kekurangan, kelemahan dan kesalahan yang mungkin terjadi dalam proses sejarah itu sendiri.
Memilih berkolaborasi, entah berkonspirasi atau berjalan sendiri dalam perjuangan akan memiliki konsekwensi-nya masing masing.... Apakah kelak menjadi yang disayang atau mungkin juga menjadi yang dibuang karena menjadi generasi yang tidak diinginkan..?! Apakah menjadi bagian dari kekuasaan dengan seluruh kewenangan dan kekayaan atau hidup dengan berselimut kesepian di pinggiran. Apakah menjadi "kuda tunggangan" dari cita cita orang lain atau menjadi tuan dari cita cita generasi itu sendiri..?!
Tentu saja semua pilihan itu punya harga-nya masing masing,. Ya, harga yang harus dibayar entah sekarang ataupun di kemudian hari.
Semoga para anak muda "pembangkang", dan pemuda/i yang "minim kesabaran",.. para pemuda/i "penjawab zaman" para pemuda/i "pengukir sejarah" bisa belajar dan memilih pola '66 atau pola '98 yang dengan segala kelemahan dan kekurangannya atau justru mampu mencari pilihan pola yang baru dan keluar dari pilihan ke dua generasi itu..?!
Karena biar bagaimanapun setiap generasi akan memiliki masalahnya sendiri,. memiliki tantangannya sendiri,.. dan setiap generasi akan mencari jawaban serta jalan keluar dari masalah di zamannya, . Setiap generasi akan melahirkan pejuang pejuang-nya,.. pemimpin pemimpinnya dan juga mengukir sejarah-nya sendiri.
Akhir kata,. di tengah perbedaaan perbedaan di antara kita, izinkanlah saya menyampaikan salam hormat untuk para seniorku, aktivis '45, '66, '74, '78, '90 an, salam hormat untuk semua aktivis '98 di manapun anda berada,. salam hormat untuk semua aktivis yang sudah ada, yang sedang ada dan mereka yang akan ada kelak.( RED)
Sumber :Adian Napitupulu, SH -- Sekjen PENA '98 (Persatuan Nasional Aktivis '98).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar