Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kasus Perdagangan Manusia , Hakim Jatuhkan Vonis 5 Tahun Dan Membayar Restitusi

Rabu, 26 April 2023 | April 26, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-04-26T07:59:26Z



Buleleng, Bali - Terdakwa Komang Komang Puja Rasmiasa dan Anak Agung Kadek Ratna Sawitri menjalani sidang lanjutan kasus tindak pidana Perdagangan Orang dengan
agenda Pembacaan Putusan oleh Majelis Hakim PN Singaraja.Rabu 26April 2023


Majelis Hakim terdiri dari Ketua Heriyanti dan Made Hermayanti Muliartha serta Ni Made
Kushandari (anggota) menyatakan para terdakwa terbukti melakukan tindak pidana perdagangan
orang terhadap 13 orang saksi korban untuk bekerja di Turki dan atas perbuatannya tersebut


Dari Keterangan Press Release Kejari Singaraja yang diterima Intelmediabali.id , Majelis Hakim menjatuhkan hukuman dengan amar putusan yaitu :
1. Terdakwa 1. Komang Puja Rasmiasa dan terdakwa 2. Anak Agung Ratna Sawitri terbukti bersalah melakukan tindak pidana “Perbarengan beberapa perbuatan
yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri, sehingga merupakan beberapa
kejahatan yakni permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana perdagangan orang”,
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 11 UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo. Pasal 65 ayat (1) KUHP,

Dalam dakwaan Ke-2 Penuntut Umum.
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa 1. Komang Puja Rasmiasa dan terdakwa 2.
Anak Agung Ratna Sawitri masing-masing berupa pidana penjara selama 5 (lima) tahun dikurangi selama masa penahanan yang telah dijalani dan pidana denda masing-
masing Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah ) subsidair masing-masing 6 (enam)
bulan pidana kurungan.

Selain itu Menetapkan agar terdakwa 1. dan terdakwa 2 membayar biaya restitusi kepada para korban dengan rincian

a- Saksi korban I WAYAN SRINAMA YASA sebesar Rp. 43.750.000,- (empat puluh tiga
juta tujuh ratus lima pulu ribu rupiah)
b. Saksi korban NI KETUT TINA APRILIA sebesar Rp. 28.690.000,- (dua puluh delapan
juta enam ratus Sembilan puluh ribu rupiah) .
c. Saksi korban KOMANG ADI SAPUTRA sebesar Rp. 51.260.000,- (lima puluh satu
juta dua ratus enam puluh ribu rupiah) ;
d. Saksi korban I GEDE ARI SUKRIAWAN sebesar Rp. 44.900.000,-( empat puluh
empat juta Sembilan ratus ribu rupiah)
e. Saksi korban I KETUT SUSENA ADI PUTRA sebesar Rp. 53.830.000,- (lima puluh
tiga juta delapan ratus tiga puluh ribu rupiah)
f. Saksi korban I KADEK ONA SUGIARTAWAN sebesar Rp. 48.850.000,- (empat
puluh delapan juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah)
g. Saksi korban I KADEK SURYA HADI KUSUMA sebesar Rp. 48.550.000,-(empat
puluh delapan juta lima ratus lima puluh ribu rupiah)
h. Saksi korban KOMANG YUDI ARNAWA PUTRA sebesar Rp. 50.990.000,- (lima
puluh juta Sembilan ratus Sembilan puluh ribu rupiah)
i. Saksi korban NI KADEK ANGGRAININGSIH sebesar Rp. 41.670.000,- (empat
puluh satu juta enam ratus tujuh puluh ribu rupiah)
j. Saksi korban NI LUH WIDIASTITI sebesar Rp. 61.060.000,- (enam puluh satu juta
enam puluh ribu rupiah)
k. Saksi korban PUTU SEPTIA SRI WARDANA sebesar Rp. 55.100.000,- (lima puluh
lima juta serratus ribu rupiah)

Dan Apabila para terdakwa tidak membayar Restitusi maka diganti dengan pidana kurungan
masing-masing selama 10 (sepuluh) bulan kurungan.


Menurut Kasi Intel Kejari Singaraja  Ida Bagus Alit Ambara Pidada SH .MH  Adapun modus pidana yang dilakukan oleh para terdakwa yaitu para Terdakwa
melakukan perbuatan perdagangan orang terhadap 13 orang saksi korban untuk bekerja di Turki dengan membuat Job letter (surat yang menjelaskan kemampuan dan pengalaman secara singkat
yang terkait dengan pekerjaan yang dilamar yang ditujukan dan dikeluarkan oleh suatu perusahaan) kepada para saksi korban.

Lebih lanjut disampaikan , Padahal Job letter tersebut dibuat oleh para terdakwa untuk meyakinkan pekerjaan para saksi korban yang akan diterima setelah sampai di Turki, namun faktanya para saksi korban setelah sampai di Turki tidak bekerja sesuai dengan Job letter, sehingga saat berada di Turki membuat para saksi korban khawatir dan takut dikejar-kejar oleh
petugas Kepolisian Turki, karena tidak memiliki surat izin tinggal dan visa bekerja di Turki,karena para saksi korban diberangkatkan ke Turki oleh para terdakwa dengan menggunakan Visa Holiday dan dibuatkan bookingan Hotel di Turki untuk mengelabui para petugas Imigrasi di Bandara Soekarno Hatta Jakarta sebelum berangkat ke Turki padahal para saksi korban berangkat ke Turki dengan tujuan bekerja.

" Terhadap putusan dari Majelis Hakim tersebut, sikap JPU dan terdakwa adalah menerima putusan dari Majelis Hakim." Terang Kasie Intel Kejari .

(Humas/Imam Heru )

Tidak ada komentar:

×
Berita Terbaru Update