Opini News , Intelmediabali.id
Hal ini Berawal dari sebuah kalimat " Tidak Ada Kemenangan yang patut dibanggakan jika caranya tidak elegan dan sportif lebih lagi dengan melalui sebuah cara cara yang tidak bermoral dan beretika untuk mencapai kemenangan " menjadi dasar tulisan ini .
Sejarah panjang republik ini tidak lepas dari jaman kemerdekaan awal , Menjaga kemerdekaan serta pasca orde lama , orde baru dan reformasi di tahun 1998 hingga kini di 2024 sudah banyak sekali periode periode dan perubahan metode pemilihan yang sudah diadopsi dengan jargon langsung umum bebas dan rahasia .
Tidak ada gading yang retak begitupun sistem sistem politik yang dibangun oleh pendiri bangsa ini dan presiden penerusnya sampai di era sekarang ,faktanya masih ada problema dinamis disetiap pemilihan umum baik pemilihan legislatif dan pemilihan eksekutif .sedangkan pemilihan yudikatif tetap merupakan bagian pasca pemilihan eksekutif dan wakil rakyat yang membuat peraturan dan turunannya ssbagai tiga pilar pelaksana dan pengawas .
Peraturan dibuat dan di ubah mengikuti kehendak bersama misal dulu kita memakai sistem pemilihan tidak langsung cukup pilih partai saja namun di era sekarang selain pilih partai masyarakat juga memilih wakil dari Kabupaten , Propinsi , Kota , Bahkan pusat di tambah perwakilan daerah yang tidak berubah hanya pemilihan presiden saja hanya berbeda sistem dan cara .
Perubahan mendasar pemilihan langsung adalah pergeseran nilai senioritas di partai dan kemampuan kader terbaik kini menuju kemampuan finansial ,bahkan faktanya sesama kader di partai yang sama khususnya di pemilihan legislatif terasa kental aroma persaingan sehingga membuat dinding pemisah kesolidan dan satu komando yang berimbas hingga di akar rumput pemilih .
Permainan uang walau susah dibuktikan karena baik pelaku dan penerima serta aktor aktor makelar politik yang bermain yang bungkam seakan bukan lagi menjadi rahasia umum bahwa perlu dana besar dan logistik bahkan saat terpilih pun akan tersandera oleh janji janji politik dan harus merawat kantong kantong suara atas nama individu bukan partai politik lagi .
Pergeseran ini juga semakin memprihatinkan di pemilihan eksekutif setali tiga uang ,sama saja . Bahkan ada jargon terkenal " tidak ada makan siang gratis dalam politik " belum lagi politik transaksional antar lini karena harus mengikuti hasrat pemodal .
Bagi saya hal ini sangat beresiko dalam iklim demokrasi khususnya dalam menjaga kamtipmas dan kondusifitas sosial budaya serta kearifan lokal karena fokusnya hanya di pemenangan belaka bagaimanapun caranya ditambah pengoptimalan buzzer buzzer dan influencer yang hanya bekerja karena pesanan baik menaikkan popularitas dan menjatuhkan karakter lawan yang tentunya tidak akan memandang norma dan aturan dan mengesampingkan fakta dan kebenaran dengan upaya pembenaran versi mereka .
Pemilihan legislatif sudah selesai , pemilihan presiden pun sudah usai dengan catatan dan problema yang masih ada dan perlu upaya cepat dan tepat agar bangsa ini tidak lagi terkotak antara pendukung yang menang dan barisan sakit hati yang kalah semua perlu di selesaikan dengan hati hati tidak hanya pembagian kue kekuasaaan dan hanya masalah hak anggaran semata .
Kita masih ada lagi tugas besar bersama mensukseskan pemilihan serentak bupati , walikota dan gubernur yang sedianya akan di gelar bulan november 2024 ., akankah terulang kembali seperti pemilihan legislatif dan pemilihan presiden kemaren masalah yang sama , ataukah masih ada celah hati nurani sebagai anak bangsa yang beragama dan menjunjung tinggi nilai nilai luhur identitas bangsa menjadi pemenangnya , ataukah tetap kekuatan uang yang sudah bertranformasi dibuat menarik menjadi pemenang abadi .
Lantas bagaimakah perbedaan hasil pilihan yang merupakan figur yang memang nyata dan konsisten kerja nyata karena kekurangan logistik dengan figur yang tidak kelihatan mampu namun ada kekuatan logistik luar biasa di belakangnya .(Imam Heru )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar